MAKALAH
OSEANOGRAFI
Oleh :
Nama : Dessy Musyaffa Rahmadhaniah
Nama : Dessy Musyaffa Rahmadhaniah
NIM :
1710714220005
Dosen Pengampu :
Baharuddin, S.Kel. M.Si
PEOGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Dan saya ucapkan terima kasih kepada
Bapak Baharuddin,
S.Kel. M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Oseanografi yang telah memberikan pemahaman dan ilmu pengetahuan
mengenai pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi terciptanya makalah yang baik dan benar di kemudian
hari.
Semoga makalah mata kuliah Pengantar Oseanografi ini dapat memberi
manfaat bagi semua pihak, saya pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Saya
mengucapkan terima kasih
atas segala dukungan dan bantuan sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Banjarbaru, Januari 2019
Penulis
1.1.
Latar Belakang
Kata oseanografi dalam
Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris oceanography , yang merupakan kata
majemuk yang berasal dari kata ocean
dan graphy dari Bahasa Yunani atau graphein dari Bahasa Latin yang berarti
menulis. Menurut arti katanya, oseanografi berarti menulis tentang laut. Oceanography : Graphos: ‘the description of’, Ocean (lautan).
Selain oseanografi kita juga sering mendengar kata ―Oseanologi.
Kata oseanologi di dalam Bahasa Indonesia
adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris oceanology
, yang juga merupakan kata majemuk yang berasal dari kata ―ocean dan
―logia dari Bahasa Yunani atau
―legein dari Bahasa Latin yang berarti
―berbicara . Dengan demikian, menurut arti katanya, oseanologi berarti
berbicara tentang laut. Oceanography
adalah ilmu yang mempelajari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut
sebagai suatu lingkungan.
Menurut Ingmanson dan
Wallace (1973), akhiran grafi mengandung arti suatu proses
menggambarkan,
mendeskripsikan, atau melaporkan
seperti tersirat dalam kata Biografi dan Geografi. Akhiran -ologi
mengandung arti sebagai suatu ilmu (science)
atau cabang pengetahuan (knowlegde).
Dengan demikian oseanologi berarti ilmu atau studi tentang laut, sedangkan Oseanografi
berati deskripsi tentang laut atau bisa dikatakan bahwa Oceanography: pendekatan proses yakni pergerakan massa air,
sedangkan oseanologi: pendekatan ilmu untuk menelaah karakter aspek tersebut di
laut.
Oceanography
adalah ilmu yang mempelajari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut
sebagai suatu lingkungan. Aspek tersebut baik fisika, kimia, biologi dan
geologi. Ilmu dasar ini diaplikasian untuk menelaah sifat komponen lautan. Adapun aspek aspek yang digunakan
sebagai ilmu dasar dalam menelaah sifat komponen lautan yaitu aspek fisika atau oseanografi fisik (Physical Oceanography), aspek biologi atau
oseanografi biologis (Bilogical
Oceanography), aspek kimia atau oseanografi kimiawi (Chemical Oceanography) dan aspek geologi atau oseanografi geologi (Geological Oceanography).
Sejarah oseanografi J.J.
Bhatt, dari Rhode Island Junior College (1978), membagi sejarah oseanografi
menjadi beberapa era, yaitu era klasik, era sebelum Challenger, era Challenger,
era setelah Challenger, da era Glomar Challenger. Awal dari oseanografi
tidak diketahui pasti, karena memang manusia kuno tidak meninggalkan rekaman
secara sistematik, baik berupa jurnal ataupun buku harian perorangan. Para
arkeolog mencatat orangorang Polinesia dan India pra sejarah melakukan
perjalanan laut yang sulit dalam jarak yang panjang.
Garis besar sejarah
perkembangan pengetahuan lautan (oseanografi) yaitu :
1. Pelayaran
orang Polynesia untuk perdagangan di Pasifik sejak 4000 BC Orang Pytheas di
Atlantik 325 BC, pedagang Arab di S. India pada abad pertengahan. Lebih
mementingkan kejadian prasejarah.
2. Eropah
modern: voyage of discovery, misalnya, Bartholomew
Dias (1487–1488), Christopher Columbus
(1492–1494), Vasco da Gama (1497–1499), Ferdinand Magellan (1519–1522) Mereka
menetapkan: rute perdagangan global: Spanyol ke Filippina pada abad 16
3. Eksplorasi
lautan yang diikuti eksplorasi ilmiah oleh Eropah: James Cook (1728–1779)
dengan Endeavour, Resolution, dan Adventure, Charles
Darwin (1809–1882) dengan Beagle, Sir James Clark Ross dan Sir John Ross
yg mensurvei the Arctic dan Antarctic
dengan Victory, Isabella,
dan Erebus, serta Edward Forbes (1815–1854) yg mempelajari kehidupan
laut dalam.
4. Abad
20: survei dengan kapal lambat: menggunakan satelit Studi sinoptik: cakupan luas dan sekaligus.
Bila diiput ke model: laut sebagai sistem. Juga untuk pertama kali dengan data
satelit: studi interaksi sitem biolgi, kimia dan fisik mempengaruhi lingkungan
bumi.
1.2. Rumusan
Masalah
- Bagaimana penelitian oseanografi di Indonesia?
- Apa hubungan oseanografi dengan ilmu lainnya ?
- Apa pentingnya mempelajari oseanografi
1.3. Tujuan
Penulisan
- Mengetahui pengertian oseanografi
- Mahasiswa dapat mengetahui penelitian oseanografi yang ada di Indonesia
- Mahasiswa mengetahui hubungan oseanografi dengan ilmu lainnya
BAB 2. ISI
3.1.
Pengertian Oseanografi
Kata oseanografi di
dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan dari kata Bahasa Inggris oceanography , yang merupakan kata
majemuk yang berasal dari kata ocean
dan graphy dari Bahasa Yunani atau graphein dari Bahasa Latin yang berarti menulis.
Menurut arti katanya, oseanografi berarti menulis tentang laut. Oceanography: Graphos: ‘the description of’, Ocean (lautan). Oceanography adalah ilmu yang mempelajari laut dalam segala aspek
dengan penekanan laut sebagai suatu lingkungan.
3.2.
Pengertian Oseanografi Indonesia
Ilmu oseanografi merupakan salah satu ilmu yang
termuda usianya disebabkan karena masih harus menunggu dulu kemajuan-kemajuan
teknologi di bidang-bidang lainnya terlebih dahulu. disebabkan juga karena
mahalnya ongkos untuk mengarungi lautan guna memperoleh data-data yang
diperlukan. Jika kedua hal ini sudah terpenuhi barulah expedisi-expedisi
penelitian dapat diselenggarakan dan hasil-hasilnya kemudian banyak menyumbang
kepada kemajuan oseanografii seperti yang dikenal sekarang.
Indonesia
sebagai negara kepulauan
yang terletak diantara
Samudera Fasifik dan Hindia yang memerlukan riset kelautan untuk
mengungkap berbagai fenomena dan mengidentifikasi sumber daya laut yang
dimiliki secara akurat. Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali
dimulai pada tahun 1905 ketika Dr. J.C Koningsbenser seorang ahli Zoologi,
kepala museum Zoologi Bogor saat itu mendirikan sebuah laboratorium perikanan
di Jakarta. Dalam perjalanan
waktu lembaga telah beberapa kali berganti
nama.
Pada
tahun
1915 lembaga ini bernama "Visscherij Station te Batavia", berdasarkan SK Pemerintah Belanda No. 37 Tanggal 31 Juli 1911, lembaga ini secara resmi masuk dalam struktur "sLands Plantentuin". Tahun 1922 lembaga
ini
berganti nama lagi menjadi Laboratorium Voor Het Onderzoek der Zee (LOZ)
dibawah pimpinan: Dr. A.L.J. Sunier. Tahun 1949 berubah lagi namanya menjadi
"Laboratorium Penyelidikan Laut". Tahun 1955 lembaga ini berganti nama lagi
menjadi "Lembaga Penyelidikan
Laut", dibawah pimpinan Prof.
Klaus Wyrtki.
Tahun 1962 namanya berubah menjadi "Lembaga Penelitian Laut"
sebagai salah satu bagian dari Lembaga Biologi Nasional MIPI. Tahun 1970, melalui keputusan presiden
No.10 tahun 1970, lembaga ini ditetapkan
sebagai lembaga berskala nasional dengan nama Lembaga Oseanologi Nasional (LON) sebagai bagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
Pada tahun 1986, terjadi reorganisasi di LIPI, berdasarkan Keppres R.I no.1/1986, nama LON diubah menjadi Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Oseanologi-LIPI (Puslitbang Oseanologi - LIPI), dibawah kedeputian Ilmu
Pengetahuan
Alam. Tahun
2001,
berdasarkan
keputusan Kepala LIPI
No. 1151/M/2001, Puslitbang Oseanologi - LIPI, diubah lagi namanya menjadi
Pusat Penelitian
Oseanografi - LIPI, dibawah naungan Deputi Ilmu Pengetahuan
Kebumian.
Ekspedisi Snellius (1929-1930) (selanjutnya disebut Ekspedisi Snellius I) merupakan ekspedisi yang dilaksanakan oleh Belanda yang telah berhasil
mengungkapkan
berbagai informasi penting tentang oseanografi fisika, kimia
dan
geologi di kawasan timur Indonesia.
Pada tahun 1980, atau sekitar 50 tahun setelah usainya Ekspedisi Snellius
I,
UNESCO Division of Marine Science melontarkan gagasan
untuk
mengulangi ekspedisi oseanografi di perairan bagian timur Indonesia
dengan pendekatan baru sesuai dengan perkembangan IPTEK yang mutakhir.
Kegiatan ini dilaksanakan melalui
Program Ekspedisi Snellius II diorganisasikan di Indonesia
oleh LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) sedangkan di Belanda oleh Netherlands Council for Oceanic Research
yang berada di bawah Netherlands Organization for the Advancement of Science.
Sejak
era
reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia,
sejak itu pula perubahan kehidupan
mendasar berkembang di hampir seluruh
kehidupan
berbangsa, dan
bernegara. Seperti merebaknya beragam krisis yang melanda Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Salah satunya adalah berkaitan dengan Orientasi Pembangunan.
Dimasa Orde
Baru,
orientasi pembangunan
masih terkonsentrasi pada wilayah daratan.
Sektor kelautan
di Indonesia dapat dikatakan hampir tak tersentuh, meski kenyataannya
sumber daya kelautan, dan perikanan yang dimiliki oleh Indonesia
sangat beragam, baik jenis, dan potensinya. Potensi sumberdaya tersebut terdiri dari
sumberdaya yang dapat diperbaharui,
seperti sumberdaya
perikanan,
baik perikanan tangkap maupun budidaya laut, dan pantai, energi non konvensional, dan energi serta sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui seperti
sumberdaya minyak, dan gas bumi, dan
berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumberdaya
tersebut, juga terdapat berbagai macam jasa lingkungan lautan yang dapat dikembangkan untuk pembangunan kelautan, dan perikanan seperti pariwisata
bahari, industri maritim, jasa angkutan, dan sebagainya. Tentunya inilah yang mendasari Presiden Abdurrahman Wahid dengan Keputusan Presiden No.355/M Tahun
1999 tanggal 26 Oktober 1999 dalam Kabinet Periode 1999-2004 mengangkat Ir. Sarwono Kusumaatmadja sebagai Menteri Eksplorasi Laut.
Selanjutnya kementerian ini telah beberapa kali mengalami perubahan menjadi
Departemen Eksplorasi Laut, dan
Perikanan
(DELP), Departemen
Kelautan, dan Perikanan (DKP) Kemudian
berubah menjadi Kementerian
Kelautan, dan
Perikanan.
Indonesia menjadi negara pertama
di dunia
yang
mengadopsi sistem operasional
oseanografi berbasis satelit melalui proyek kerjasama dengan Pemerintah Perancis bernama
INDESO.
Implementasinya
mencakup
tujuh
aplikasi utama, di mana salah satunya untuk memerangi IUU Fishing. Sistem tersebut menjangkau hingga Australia dan Philipina. (ANTARA/Pusdatin
Kemen KP).
Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat
ini tengah mengembangkan
infrastruktur oseanografi berbasis teknologi satelit
melalui proyek
kerja sama dengan
Pemerintah
Prancis. Proyek
bernama Infrastructure Development
for
Space Oceanography
(INDESO) ini
mulai diimplementasikan tahun 2012 dan
menjadi inovasi teknologi pertama di Indonesia
yang mengadopsi sistem operasional oseanografi.
Sistem ini
dikembangkan
sebagai wujud konsistensi pemerintah dalam menjamin keberlangsungan pengelolaan
sumberdaya kelautan dan
perikanan secara
lestari dan berkelanjutan.
INDESO merupakan
program yang didesain untuk memantau kondisi perairan
Indonesia termasuk biogeokimia dan ekosistem yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam pengimplementasiannya. Tidak hanya itu saja,
INDESO ditujukan
juga
untuk memperketat pengawasan terhadap aksi pencurian
ikan di perairan Indonesia
dan sekaligus melindungi kekayaan biodiversitasnya.
Proyek ini mengacu pada pembentukan jaringan pengamatan oseanografi yang nyata,
adaptasi pengembangan
bentuk
dan
prediksi dalam sistem pengolahan maupun analisa. Sehingga, memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan perikanan
secara berkesinambungan oleh nelayan di Indonesia.
Proyek
yang berlangsung selama tiga tahun ini mencakup
dua
kegiatan
utama.
Pertama,
pembangunan infrastruktur
ground
station/satellite reception dan fasilitas pengolah datanya. Kedua, pengembangan infrastruktur computing untuk
pemodelan oseanografi
dan hayati
laut.
Keduanya dibangun di BPOL Perancak – Bali, sedangkan sistem basis data sebagai sistem backup (Redundant Database System)
dibangun di Badan
Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan
(Balitbang KP)
di Jakarta. “INDESO mengimplementasikan
serangkaian
alat dalam operasi
yang
konsisten, terarah dan
terstruktur serta terintegrasi dengan
sistem informasi sebagai aplikasi untuk mendukung keputusaan dalam setiap
layanan KKP”.
Disahkannya
Undang-undang (UU) Kelautan akhir September lalu memberikan konsekuensi
positif terhadap pengembangan sektor kelautan.
Selain menegaskan Indonesia
sebagai
negara kepulauan, tapi juga menempatkan
laut sebagai subjek penting dalam
kerangka pembangunan nasional. Dengan
adanya UU ini, Indonesia telah melengkapi basis legal untuk
bisa
memanfaatkan
kawasan laut lepas serta dasar laut internasional.
Termasuk menambah peran Indonesia di laut
lepas dan laut internasional. Berkenaan dengan hal itu, sebagai
bentuk komitmen Indonesia
dalam meningkatkan perannya di kancah
internasional,
KKP akan
mendirikan APEC Ocean
and
Fisheries Information
Center (AOFIC)
yang terletak di BPOL Perancak, Bali. AOFIC akan menjadi center of excellence bagi para stakeholders perikanan di kawasan Asia Pasific untuk
mempelajari dan memahami dinamika kondisi sumber daya kelautan dan perikanan.
“Fasilitas INDESO akan menjadi pendukung utama AOFIC dan Program
Blue
Carbon Nasional
dengan kemampuan deteksi meliputi daerah
yang luas secara cepat dan mengulanginya secara periodik dalam siklus waktu relatif singkat”.
Pengesahan UU Kelautan juga telah membuka kesempatan bagi investasi sektor kelautan dan perikanan.
UU ini mengakomodir isu strategis penetapan zona tambahan, pengembangan pengelolaan
sumber daya laut serta aturan investasi kerjasama internasional secara bilateral maupun multilateral. “Dengan
semakin terbukanya tabir
pengetahuan mengenai dinamika kelautan
dan perikanan melalui Proyek INDESO ini, maka investasi di bidang kelautan dan perikanan di Indonesia
menjadi
lebih jelas dan prospektif.
3.3.
Hubungan Oseanografi dan
Ilmu Lainnya
Secara sederhana,
oseanografi dapat disebutkan sebagai aplikasi
semua ilmu (science) terhadap fenomena laut (Ross, 1977). Definisi
tersebut menunjukkan bahwa oseanografi bukanlah suatu ilmu tunggal, melainkan
kombinasi berbagai ilmu.
Untuk mempermudah
mempelajari laut, para ahli oseanografi secara umum membagi oseanografi menjadi
lima kelompok, yaitu:
1.
Oseanografi fisika (Physical Oceanography): mempelajari segala sesuatu tentang fenomena
dan proses-proses fisika di laut. Hal-hal yang menjadi obyek studinya misalnya tentang arus-arus laut,
pasang, gelombang; tentang penyebaran dan perambatan cahaya dan suara didalam
laut dan tentang sifat-sifat fisika air laut seperti suhu, densitas, tekanan,
kejernihan, titik beku, tekanan osmosa, daya hantar listrik dan banyak lagi
sifat-sifat fisika lainnya dan interaksi udara (atmosfer) dan laut (hidrosfer).
2.
Oseanografi kimia (Chemical Oceanography): mempelajari segala sesuatu tentang zat-zat
yang terkandung didalam air laut. Hal-hal yang dipelajari misalnya tentang
jenis-jenis zat apa saja yang ada dilaut, tentang asal-usul pembentukannya,
proses reaksi yang terjadi, dan faktor-faktor yang menguasai atau mempengaruhi
penyebaran zat-zat tersebut baik di samudera dan di dasar laut.
3.
Oseanografi biologi (Biological Oceanography): mempelajari
tipe-tipe kehidupan di laut, distribusinya, saling keterkaitannya, dan aspek
lingkungan dari kehidupan di laut itu.
4.
Oseanografi geologi (Geological Oceanography): mempelajari
konfigurasi cekungan laut, asal usul cekungan laut, sifat batuan dan mineral
yang dijumpai di dasar laut, dan berbagai proses geologi di laut. Kata lain
untuk menyebutkan oseanografi geologi adalah geologi laut (Marine Geology).
5.
Oseanografi meteorologi (Meteorological Oceanography): mempelajari
fenomena atmosfer di atas samudera, pengaruhnya terhadap perairan dangkal dan
dalam, dan pengaruh permukaan samudea terhadap proses- proses atmosfer.
Pengelompokan oseanografi
menjadi lima kelompok
seperti di atas menunjukkan bahwa oseanografi adalah
ilmu antar-disiplin. Sebagai contoh, proses atau kondisi geologi suatu kawasan
laut dapat mempengaruhi karakteristik fisika, kimia dan biologi laut tersebut.
Pembagian atas kelima
cabang tersebut diatas sesungguhnya hanyalah untuk keperluan praktisnya saja.
Karena pada hakikatnya masing-masing cabang saling kait-mengkait serta
berhubungan erat satu sama lain. Seorang ahli yang mempelajari peredaran massa
air atau hal gelombang misalnya, perlu memperhatikan faktor bentuk dasar lautan
dimana arus dan ombak itu terjadi. Sebaliknya ahli yang mempelajari penyebaran
suatu endapan pelikan (mineral) disuatu daerah tertentu perlu mengetahui
keadaan arus, lingkungan kimiawi dan makhluk-nakhluk hidup yang terdapat
ditempat itu, sebab mungkin merupakan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan endapan tersebut.
Seorang ahli peneliti
biologi misalnya sangat memerlukan keterangan tentang keadaan arus, zat kimia
dan keadaan dasar dari suatu daerah dimana makhluk yang menjadi obyek penelitiannya
hidup. Seorang ahli peneliti kimia yang sedang mempelajari asal usul atau
penyebaran zat kimia misalnya akan perlu memperhatikan faktor-faktor peredaran
air yang mungkin mempengaruhi penyebaran zat tersebut ataupun pengaruh makhluk
hidup yang menggunakan zat tadi ataupun mungkin pula pengaruh reaksi yang
terjadi antara zat tersebut dengan pelikan-pelikan yang terdapat didasar laut
yang ada dibawahnya. Dan demikianlah
seterusnya antara satu cabang terhadap cabang yang lain umumnya ada
pertalian-pertalian satu sama lain, sehingga seorang yang berkecimpung disalah
satu bidang oseanologi tersebut diatas harus menguasai dasar-dasar keempat
cabang tadi.
Oseanografi fisis khusus
mempelajari segala
sifat dan karakter
fisik yang
membangun sistem fluidanya. Oseanografi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai siklus kehidupan organisme yang hidup di atau dari samudera.
Oseanografi kimia melihat berbagai proses
aksi dan reaksi antar unsur, molekul,
atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara
reversibel atau ireversibel. Serta oseanografi geologi memfokuskan pada bangunan dasar samudera yang berkaitan dengan struktur dan evolusi cekungan samudera.
Beberapa aspek penting disiplin ilmu oseanografi agak
sulit dikatagorikan ke dalam salah satu dari empat keilmuan di atas, seperti aspek-aspek
geofisika, biofisika, nutrisi, petrologi,
antropologi,
meteorologi, dan farmakologi. Disamping itu,
oseanografi juga dipengaruhi oleh keilmuan yang tidak termasuk sains murni,
seperti sejarah, hukum atau sosiologi.
Lebih lanjut sekarang juga telah berkembang cabang baru oseanografi yang disebut
oseanografi terapan.
Karena deskripsi tentang seorang oseanografer akan melingkupi keilmuan
yang kompleks.
3.4. Mengapa Mempelajari Oseanografi
Orang
mempelajari oseanografi antara lain karena alasan berikut ini :
a) Memenuhi
rasa ingin tahu. Di masa lalu,
ketika
otoritas
ilmu pengetahuan masih
terbatas pada
kalangan tertentu, hal ini
terutama dilakukan oleh para filosof.
Sekarang, di masa moderen, ketika semua orang memiliki kebebasan berpikir dan
berbuat yang lebih luas, mempelajari laut hanya untuk memenuhi rasa
ingin tahu dapat dilakukan oleh siapa pun.
b) Kemajuan ilmu pengetahuan. Mempelajari oseanografi untuk kemajuan
ilmu pengetahuan banyak dilakukan di masa
sekarang. Berbeda dari mempelajari untuk memenuhi rasa ingin
tahu di masa lalu, mempelajari untuk kemajuan ilmu pengetahuan dilakukan secara sistimatis dan ilmiah
berdasarkan hasil-hasil penelitian atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Kemudian, hasil-hasil dari kegiatan ini dipublikasikan secara luas di
dalam jurnal-jurnal atau majalah-majalah ilmiah.
c) Memanfaatkan sumberdaya hayati laut: seperti memanfaatkan ikan-
ikan dan berbagai jenis biota
laut sebagai sumber bahan pangan, dan
bahan obat-obatan. Mempelajari oseanografi
untuk tujuan ini
secara
umum dilakukan
berkaitan dengan
upaya untuk
mengetahui keberadaan sumberdaya, potensinya, cara mengambil dan, dan upaya-upaya melestarikannya.
d) Memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut: seperti mengambil bahan tambang (bahan galian dan
mineral), minyak
dan
gas bumi, energi panas,
arus laut, gelombang
dan
pasang surut. Berkaitan dengan tujuan ini, studi
oseanografi dilakukan untuk mengetahui kehadiran, potensi, dan karakter
sumberdaya.
e) Memanfaatkan laut untuk sarana komunikasi: seperti membangun
sistem komunikasi kabel laut. Studi dilakukan
untuk
menentukan bagaimana teknik atau cara atau lokasi untuk meletakkan alat komunikasi itu di
laut.
f) Memanfaatkan laut untuk sarana perdagangan: misal untuk pelayaran
kapal-kapal dagang. Studi oseanografi perlu dilakukan untuk menentukan
dan merawat alur-alur pelayaran, serta tempat-tempat berlabuh atau pelabuhan.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Kata oseanografi berasal dari Bahasa Inggris
oceanography , yang merupakan kata
majemuk yang berasal dari kata ocean
dan ―graphy dari Bahasa Yunani atau graphein dari Bahasa Latin yang berarti
―menulis. menurut arti katanya, oseanografi berarti menulis tentang laut. Oceanography
adalah ilmu yang mempelajari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut
sebagai suatu lingkungan.
2. Penelitian oseanografi di Indonesia
pertama kali dimulai pada tahun 1905 ketika Dr. J.C Koningsbenser seorang ahli
Zoologi, kepala museum Zoologi Bogor saat itu mendirikan sebuah laboratorium
perikanan di Jakarta.
3. Aspek aspek yang digunakan sebagai ilmu
dasar dalam menelaah sifat komponen lautan yaitu aspek fisika atau oseanografi fisik (Physical Oceanography), aspek biologi
atau oseanografi biologis (Bilogical
Oceanography), aspek kimia atau oseanografi kimiawi (Chemical Oceanography) dan aspek geologi atau oseanografi geologi (Geological Oceanography).
4.
Memenuhi rasa ingin tahu, kemajuan ilmu pengetahuan,
memanfaatkan sumberdaya hayati laut, memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut,
memanfaatkan laut untuk sarana komunikasi, memanfaatkan laut untuk sarana
perdagangan, untuk pertahanan negara menentukan batas-batas negara, menjaga
lingkungan laut, mitigasi bencana alam dari laut, untuk rekreasi.
3.2. Saran